Dalam rangka memperingati Hari-hari Besar Islam, Pondok Pesantren Madinatunnajah selalu mengadakan peringatan Hari Besar Islam di antaranya adalah Peringatan Isra Mi'raj Tahun 1438 Hijriyah. Seperti tradisi sebelumnya di Pondok Pesantren Madinatunnajah selalu mengadakan Dzikir dan Istighotsah bersama yang acaranya selalu diagendakan bersamaan dengan Pengajian Rutin Bulanan di Pesantren Madinatunnajah pada setiap awal Bulan di hari Ahad yaitu PESAN ULAMA (Pengajian dan Silaturrahim Awal Bulan bersama para Ulama).
Pengertian Isra Mi’raj
Isra` secara bahasa berasal dari kata ‘saro’ bermakna
perjalanan di malam hari. Adapun secara istilah, Isra` adalah perjalanan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Jibril dari Mekkah ke Baitul
Maqdis (Palestina), berdasarkan firman Allah :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ
مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha suci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya* agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
* Maksudnya: Al Masjidil
Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan
nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
Mi’raj secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk
naik. Adapun secara istilah, Mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk naik dari bumi menuju ke atas langit, berdasarkan firman Allah dalam
surat An Najm ayat 1-18.
Kisah Isra’ Mi’raj
Secara umum, kisah yang menakjubkan ini disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam
Al-Qur`an dalam firman-Nya seperti telah dijelaskan di atas(Al-Israa)
Juga dalam firman-Nya:
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (١)مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (٢)وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (٣)إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (٤)عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (٥)ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى (٦)وَهُوَ بِالأفُقِ الأعْلَى (٧)ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى (٨)فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى (٩)فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى (١٠)مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى (١١)أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى (١٢)وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣)عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤)عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (١٥)إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (١٦)مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (١٧)لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (١٨
1. demi bintang ketika terbenam.
2. kawanmu (Muhammad) tidak
sesat dan tidak pula keliru.
3. dan Tiadalah yang
diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
4. ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
5. yang diajarkan kepadanya
oleh (Jibril) yang sangat kuat.
6. yang mempunyai akal yang
cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli.
7. sedang Dia berada di ufuk
yang tinggi.
8. kemudian Dia mendekat,
lalu bertambah dekat lagi.
9. Maka jadilah Dia dekat
(pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).
10. lalu Dia menyampaikan
kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.
11. hatinya tidak
mendustakan apa yang telah dilihatnya[1]
12. Maka Apakah kaum
(musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?
13. dan Sesungguhnya
Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain,
14. (yaitu) di Sidratil
Muntaha[2].
15. di dekatnya ada syurga
tempat tinggal,
16. (Muhammad melihat
Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
17. penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
18. Sesungguhnya Dia telah
melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
[1] Ayat 4-11 menggambarkan
Peristiwa turunnya wahyu yang pertama di gua Hira.
[2] Sidratul Muntaha adalah
tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi
ketika mi'raj.
No comments:
Post a Comment